UKMFT-ITC adalah salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Trunojoyo Madura. Berawal dari kelompok yang diberi nama "Kelompok Penguna Komputer" dan akhirnya mendeklarasikan dirinya dengan nama "Information Technology Center" pada tanggal 05 Oktober 2002.

Berita Acara dari Jaunty Release Party (Ubuntu 9.04) dan Menuju Nanggar (BlankOn 5.0)

Release party yang merupakan rangkaian kegiatan Pekan Open Source (POS) Trunojoyo diadakan pada hari ke-4 tepatnya pada tanggal 30 Mei 2009 di Auditorium Universitas Trunojoyo berlangsung meriah. Acara bertema "Peluang Linux di Dunia Kerja dan Dunia Bisnis" dihadiri lebih dari 150 peserta yang datang dari berbagai institusi pendidikan di Madura dan Jawa Timur, seperti Universitas Trunojoyo (selaku tuan rumah), UNIRA (Universitas Madura), UIM (Universitas Islam Madura), beberapa sekolah dari Bangkalan, SMA dan SMK di Pamekasan, ITATS Surabaya, UP Surabaya, Universitas WK Malang, dan rekan-rekan dari Jombang.

Acara dimulai pada pukul 09.30 WIB. Acara seremonial diawali dengan sambutan dari Doni Abdul Fatah selaku ketua pelaksana POS, dilanjutkan dengan sambutan dari Muh. Hasip selaku Gubernur BEM Fakultas Teknik Universitas Trunojoyo dan Bpk. Firdaus Solihin selaku pembina UKMF ITC sekaligus membuka acara secara resmi.

Aris dari Study Club Linux UKMF ITC membuka sesi materi dengan sebuah presentasi bertajuk "Berkenalan dengan Linux". Dalam presentasinya, Aris yang merupakan anggota muda dan baru duduk di semester dua ini mengajak para peserta untuk bernostalgia sejenak ke masa lalu. Cerita-cerita menarik seputar sejarah Linux, Linus Torvald, bagai mana Linus terinspirasi sistem operasi Minix, logo Linux, Richard M. Stallman dengan gerakan free software dan proyek GNU-nya mengalir dengan santai dan penuh canda yang sempat membuat beberapa peserta terpingkal-pingkal.

Selesai membahas sejarah, Aris melanjutkan dengan pembahasan tentang aplikasi-aplikasi standar di distro Ubuntu. Dari pemaparan tersebut tergambar dengan jelas di distro Linux secara umum terdapat tiga desktop environment yang paling banyak digunakan, ada Gnome (Ubuntu), KDE (Kubuntu), dan desktop ringan Xfce (Xubuntu). Hebatnya lagi, masih menurut Aris, setelah melakukan instalasi Ubuntu ternyata sebagian besar aplikasi yang dibutuhkan sudah tersedia dan siap digunakan. Untuk memutar musik ada Rhythmbox, aplikasi perkantoran untuk ketik-mengetik ada OpenOffice.org, kalau mau putar video ada Movie Player, dll. Sayangnya tidak ada waktu untuk tanya jawab di sesi ini.

Acara dilanjutkan dengan pengenalan komunitas Linux. Seperti diketahui bersama Linux berkembang di dunia komunitas. Komunitas memerankan peran yang cukup vital dalam perkembangan dan penyebaran Linux. Sesi ini diisi oleh teman-teman dari Komoenitas Linux Troenodjojo a.k.a KOELIT. Meja dan kursi pembicara di panggung menjadi penuh diisi oleh para sesepuh KOELIT. Cerita diawali oleh Ach. Khozaimi, wakil koordinator KOELIT periode 2009 ini bercerita tentang apa saja kegiatan KOELIT, bagai mana bergabung dengan KOELIT, dan beberapa program kerja yang akan dilaksanakan. Ahmad Faza, koordinator KOELIT periode 2009 mengakhiri dengan bercerita tentang sejarah serta motivasi terbentuknya KOELIT.

Usai berkenalan dengan Linux dan komunitasnya, acara berlanjut dengan demo instalasi Ubuntu 9.04 Netbook Remix dan demo fitur-fitur anyar di BlankOn 5.0 (masih dalam tahap beta). Instalasi Ubuntu dilakukan menggunakan media USB Flashdisk oleh Lukman yang merupakan rekan satu tim dengan Aris di Study Club Linux. Lukman dengan gamblang menjelaskan betapa mudahnya instalasi Ubuntu bahkan bagi orang yang awam dengan komputer sekalipun. Di sisi lain, Rotua Damanik a.k.a rotyyu mendemonstrasikan berbagai fitur menarik di BlankOn 5.0 Nanggar.

Ada beberapa fitur yang membuat peserta kagum dan memberikan tepuk tangan pertanda applause untuk BlankOn, distro buatan anak bangsa ini. Fitur pertama adalah, BlankOn Contextual Desktop. Aplikasi ini memungkinkan penampilan desktop BlankOn berganti sesuai dengan perputaran waktu. Pengguna akan menyaksikan tema yang berbeda di pagi, siang, sore, malam, dan dini hari. Fitur ke-2 adalah, aksara Nusantara. Fitur ini memungkinkan masyarakat Indonesia untuk menulis menggunakan aksara tradisional suku-suku di Indonesia di dokumen digital milik mereka. Sampai saat ini, sudah ada dua aksara yang suda masuk di distro BlankOn yaitu aksara Lontara dari Bugis dan aksara Batak Toba. Pada sesi ini peserta cukup antusias memberikan pertanyaan seputar BlankOn dan instalasi Ubuntu di sesi tanya jawab.

Setelah selaesai dengan acara demo dan pengenalan Fitur-fitur nanggar, kali ini season yang di tunggu-tunggu, yaitu sesinya mas Dicky, dengan membawakan tema yang lumayan keren mas Dicky tampil dengan gaya khasnya yang komunikatif dengan penonton, sehingga penonton tidak jenuh, penonton di buat kaget ketika mengetahui bahwa mas Dicky ini bukannya lulusan dari Informatika melainkan seorang Doktor, dan mengajar sebagai dosen kedokteran di Universitas Airlangga Surabaya. Mas Dicky memulai presentasinya dengan pengenalan tentang KLAS dan juga pengenalan tentang sistem operasi Linux, Lisensi (GNU/GPL) juga sedikit pengantar pengenalan Ubuntu dan juga sejarah perkembangannya. Tak hanya itu mas Dicky juga mengenalkan bebearapa orang yang telah berjasa memnggiatkan Linux di surabaya. Lalu next masuk pada presentasi yang utama yaitu Prospek Linux Dalam Dunia Kerja . Keren banget coz ternyata banyak sekali yang bisa di buat hasilkan duit lewat open source. Mulai dari jadi Trainer, sebagai staff ahli di perusahaan-perusahaan besar seperti Indosat, Pertamina, Angkasa Pura I, Jasa Akses Internet (ISP): Indonet Group, AccessNet, IPNet, Internux, IndosatNet (IM2), TelkomNet, dll. Ya, Linux memang terbukti memiliki peluang yang tidak kalah di dunia bisnis dan dunia kerja. Jadi tidak perlu takut untuk belajar dan menggunakan Linux.

Antusiasme peserta sangat terlihat ketika sesi tanya jawab dimulai. Berbagai pertayaan meluncur ke meja moderator dan dijawab dengan sangat baik oleh mas Dicky. Bahkan beberapa peserta terpaksa mengurungkan niatnya untuk bertanya karena banyaknya pertanyaan yang sudah mengemuka tidak sebanding dengan waktu yang sudah mendekati garis akhir.

Acara ditutup dengan pemutaran film "Big Bug Bunny". Sebuah film animasi yang dibuat menggunakan aplikasi-aplikasi multimedia berbasis open source seperti Blender, GIMP, dan Inkscape.
RELATED POSTS

Click here for comments 0 komentar: